Kami adalah

kami adalah pengabdi pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Senin, 29 Juni 2009

Pemimpin Harus Memiliki Kemampuan Interpersonal


Dalam kehidupan ini banyak yang kita temui model para pemimpin, dari yang sifatnya yang resmi sampai tidak resmi, dari yang lokal sampai internasional, dari yang rendah sampai yang tinggi, dari yang amatir sampai yang Profesional, dari yang diakui sampai yang tidak diakui. Mereka para pemimpin ini bisa kita temui di kantor, di pabrik, di pemerintahan, di sekolah, di kampus, di pasar, di tempat ibadah, di setiap kegiatan,organisasi, dll. Profesi pemimpin itu sendiri memiliki jangka tertentu, ada yang menjalaninya secara singkat, ada yang lama, tergantung dari kondisi yang ia alami.Pada kehidupan sehari-hari pemimpin bisa dibagi dengan berbagai tipe, diantara sekian tipe yang sering kita temui adalah seperti tipe demokratis, otoriter, dinamis, ada yang tertutup, ada yang terbuka, ada yang urakan, dll.

Dari sekian banyak tipe yang kita ketahui setiap tipe pemimpin masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Kenapa dikatakan memiliki kelemahan dan kelebihan?, karena diantara tipe-tipe itu boleh jadi bila ditetapkan ditempat atau masyarakat yang berlainan hasilnya bervariasi, boleh hasilnya bisa cocok bisa tidak. Hal seperti ini sepertinya sangat wajar mengingat masing-masing tempat dan masyarakat berbeda secara kondisi dan karakter. Oleh sebab itu dengan adanya kondisi seperti ini bisa jadi seorang pemimpin bisa gagal dan bisa sukses dalam menjalankan perannya. Bila berhasil tentu ia akan dikenang sebagai pemimpin yang cerdas dan berbakat, namun bila ia gagal tamatlah kariernya.Kegagalan beberapa orang pemimpin dalam menjalankan konsep-konsep kepemimpinannya seringkali disebabkan mereka sering melupakan faktor-faktor kondisi psikologis bawahan, tempat di mana mereka menjadi pemimpin, dan masyarakat. Seringkali seorang pemimpin itu tidak bisa menempatkan dirinya secara baik terhadap bawahan atau masyarakat yang dipimpinnya. Banyak dari pemimpin tersebut kadang-kadang tidak menyadari bahwa dirinya seorang pemimpin : misalnya banyak para pemimpin kita tidak bisa membedakan mana kepentingan pribadi mana kepentingan umum. Kadang seorang pemimpin yang harusnya bisa menjaga sikap justru sering menjadikan dirinya contoh yang buruk. Banyak dari pemimpin tersebut yang harusnya menjadi panutan justru dibenci oleh para bawahannya. Diantara hal yang dibenci itu misalnya tidak sesuainya antara apa yang dibicarakannya dengan kenyataan yang ada. Dengan kehadirannya terkadang kondisi yang tadinya kondusif menjadi tidak kondusif, contoh kasus misalnya: Pada suatu perusahaan besar, ada seorang manager yang tidak puas dengan kinerja bawahannya, namun anehnya si manager tidak pernah menegur si bawahan tersebut, yang terjadi justru si manager menceritakan kelemahan bawahannya kepada rekan-rekan bawahan tersebut. Parahnya lagi sikap seperti ini sering ia lakukan pada forum-forum yang tidak resmi, padahal dalam forum resmi saja apalagi dalam dunia kerja untuk menceritakan kelemahan seseorang sangatlah tidak beretika dan berakhlak. Dengan sikap si manager tersebut , terlihat sekali bahwa ia tidak bisa dijadikan contoh sebagai pemimpin yang baik. Sikap pemimpin seperti dapat dinilai dengan nol besar. Seharusnya jika tidak puas dengan kinerja bawahannya, ia bisa memanggilnya, selanjutnya ia bisa menegur dan memberikan pembinaan kepersonaliaan agar si bawahan tersebut SDMnya dapat meningkat. Dengan kasus seperti ini Si manager telah melupakan beberapa hal. Pertama , Si manager tidak pernah berfikir panjang akibat prilakunya ini. Kedua seandainya si bawahan tersebut mengetahui perbuatan si manager bukankah justru ini akan menciptakan masalah baru yaitu si bawahan makin merasa tidak nyaman karena dirinya sebagai manusia sama sekali tidak dihargai.Ketiga, si manager yang harusnya menutupi kelemahan anak buahnya pada orang lain justru ia malah mengobralnya tanpa pandang bulu. Keempat Si manager yang harusnya melindungi anak buahnya justru malah mencelakannya. Kelima simanager yang harusnya menjadi pengayom justru menjadi perusuh. Keenam dengan adanya prilaku si manager tersebut bukan tidak mungkin rekan-rekan sibawahan tersebut akan memandang ”lain” terhadap image si bawahan tersebut.

Belajar dari kasus diatas, ternyata menjadi seorang pemimpin memang tidak mudah. Ada hal-hal yang memang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin seharusnya tidak hanya pandai dibidang administrasi saja, atau organisasi saja, atau keuangan saja, atau pandai berbicara saja, tapi juga harus kompeten dalam kemampuan interpersonalnya. Semoga dengan tulisan yang sederhana ini bagi Anda calon pemimpin masa depan mudah-mudahan mampu bertindak dan berperilaku layaknya seorang pemimpin sejati.

Saya merasa gemes melihat fhoto-fhoto teman jaman dulu, lucu dan membuat saya tertawa.
Makanya saya juga pengen menulis di blog guru ypk ini. Dari Mbak Pikah sing Ayu dhewe.
Untuk team Inspirator tulis terus yaaa ? Biar makin tambah hidup blog guru ypk.

Tidak ada komentar: