Kami adalah

kami adalah pengabdi pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kamis, 02 April 2009

Masihkah Burung-Burung itu Berkicau Merdu ?


Pak Tua, si Tukang kebun sekolah pagi ini tetap dengan tugasnya.
Menyisiri halaman sekolah untuk menyapu
membersihkan daun-daun kering yang berserakan,
sampah-sampah kantin yang terkadang berhamburan.

Akhir-akhir ini Pak Tua merasa heran
ada susuatu yang aneh . . . . . . . . :
Mengapa Kutilang yang biasanya menyapa ramah,
menjadi pemurung.
Mengapa Merpati yang biasanya lincah,
menjadi seakan tak berdaya, diam diri di pojok sangkar
Mengapa Si Emprit yang biasanya cerewet
menjadi seakan sakit gigi
Mengapa Si Jalak yang biasanya teriak-teriak
menjadi bermuram durja.
Mengapa Si Beo yang biasanya membeo
menjadi marah-marah mematuki pintu sangkar.
Mengapa Si Manyar yang biasanya rukun,
Menjadi gontok-gontokan.

Pak Tuapun memberanikan diri bertanya pada Burung Elang
Yang konon paling mengetahui segalanya
Paranormalnya para burung.
“ Hai Burung Elang !
mengapa sangkar besar ini seakan tidak ramah lagi, sepi ?”
Mengapa burung-burung itu tidak seceria dulu lagi?
Mengapa mereka menjadi aneh ?
Bertenger sendirian.
Malas terbang, malas makan.
Berlari-larian tanpa tujuan
Terkadang emosian . . . . ,
mematuk batang kayu.
Burung Elang hanya diam dan pergi.

Kata Pak Tua dalam hati :
“ Gawat !
Kalau burung-burung itu tidak mau berkicau lagi.”
Aku mungkin juga akan berhenti menyapu di sini.

Dari: Ki Ngenes

Kepada Ki Ngenes


Buat Ki Ngenes , Puisinya ....Wow kereen !!!
Betul Ki Ngenes, dalam kondisi YePeKa seperti sekarang ini kita perlu Pemimpin perubahan yang "Mumpuni". Salah satu syarat kemumpunian pemimpinnya adalah dapat memelihara harapan untuk mencegah keputus asaan.

Hope is like a road in a country, there was never a road before, but when many people walk on it, the road comes into existence. (lin Yu tang)

Harapan bukan hanya perlu dikendalikan melainkan perlu terus dipelihara. Harapan adalah ekspektasi yang disertai oleh getaran getaran emosi dan impian. Dengan demikian, harapan yang positif dapat menjadi lokomotif penggerak untuk menciptakan perubahan. Ia menimbulkan hasrat dan dorongan-dorongan , yang baru berhenti bila harapan itu sudah terpenuhi.

Dengan demikian , pemimpin perubahan perlu terus memelihara harapan. Untuk memelihara harapan agar terus bergerak maka pemimpin perubahan harus melakukan upaya-upaya yang bersifat pencegahan terhadap rasa putus asa para pengikutnya. Rasa putus asa yang dialami para pengikut bisa mengakibatkan seorang pemimpin gagal menyelesaikan perubahan (failure to finish).

Perubahan apapun , baik menciptakan inovasi, kultur bisnis yang baru, peningkatan mutu, atau perubahan-perubahan lain yang bersifat menyeluruh (YPK Mandiri) tidak dapat terjadi, sebelum mayoritas pengikut ikut berubah .

Dalam suatu program perubahan , mayoritas massa cenderung lamban bertindak.Biasanya , perubahan hanya dimotori oleh sekelompok orang tertentu yang bisa melihat karena berada didekat pemimpin-pemimpinnya ,sedangkan mereka yang berada jauh dari titik pemimpin akan cenderung lebih mudah mengalami rasa putus asa daripada yang berada disekitar pemimpin. Mengapa demikian ?

Selain karena jauh dari pusat energi (yaitu pemimpin) , mereka adalah orang-orang yang terkena dampak secara langsung kebijakan pemimpin. Kalau ada PHK maka merekalah yang akan menjadi korban pertama-tama. Oleh karena itu ,wajarlah kalau energi mereka harus menjadi perhatian para pemimpin.

Perubahan tidak mungkin terjadi dalam semalam , ia membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Sebagai konsekuensinya , wajar bila manusia cepat lupa akan komitmen-komitmennya, dan berubah menjadi putus asa.

Ada dua tekanan yang dapat mengakibatkan seseorang kehilangan asa ,

Yang pertama ,yaitu : KELETIHAN (getting tired).
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan orang cepat merasa letih dan menghentikan harapan serta dukungannya terhadap perubahan yaitu jika perubahan tidak memberikan titik terang, terlalu sering berganti arah / pimpinan dan perubahan berjalan tanpa keyakinan .

Yang kedua, HILANG ARAH . Dalam suasana perubahan , seseorang perlu mengetahui posisi dirinya (personal position) dan posisi perusahaan. Ia ingin tahu seberapa jauh ia dibutuhkan , seberapa besar ia telah memberikan dukungan dan seberapa jauh perjalanan ini masih harus ditempuh.

Yang ketiga , Dalam setiap perubahan dituntut PENGORBANAN. Seseorang harus mengubah kebiasaan lamanya, bahkan mungkin ia harus kehilangan kenikmatan-kenikmatan yang telah bertahun-tahun. Oleh karena itu sekali lagi Yayasan Pupuk Kaltim butuh pemimpin perubahan yang CERDAS memanajemeni harapan dan KREATIF menciptakan impian-impian baru.

Kapal Yepeka hanya berhenti untuk berlabuh, bukan terdampar untuk berhenti selamanya, ataupun tenggelam di dasar lautan . Dan setiap harus kembali berlayar , para awak harus pergi dengan penuh semangat. Mereka pergi dengan impian-impian baru tentang kota tujuan yang belum pernah disinggahinya . Maka para pemimpin Yepeka perlu menentukan tujuan-tujuan baru yang penuh impian dan menggelorakan semangat.

Dalam menyikapi perubahan kebijakan subsidi atas YePeKa, Penghargaan yang tinggi patut kita berikan kepada Ketua dan Pengurus Ye Pe Ka yang telah berkomitmen untuk terus berjuang , memberi semangat (Never give up ..!) dan memberikan harapan-harapan yaitu bahwa kapal YePeKa tidak akan berhenti dan tidak akan ada PHK untuk guru dan karyawannya (pernyataan pengurus YPK pada dialog YPK, Rabu 1 April 2009 ).

Ketika uang sekolah dan SPP YePeKa dinaikkan dan kemungkinan besar murid akan berkurang, wajar apabila banyak diantara kita yang menganggap tidak PHK adalah tidak realistis, tetapi dalam kondisi sepert ini sebaiknya kita bersikap percaya pada pengurus dan jangan berhenti berdoa, kalau Allah swt berkehendak tidak ada yang tidak mungkin ...Kun fayakun ....., maka jadilah...

Dengan dukungan peningkatkan kualitas kinerja dari guru dan karyawan YPK dan peningkatan nilai jual seperti harapan Pengurus , semoga Yayasan pupuk Kaltim tetap Jaaayaaa.. dan Semoga tidak ada lagi temang-temang yang ngenessssssssss. (Increung)

Sumber : Change, Rhenald Kasali.
Posted by KAMI at 5:18 PM 0 comments