Kami adalah

kami adalah pengabdi pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Minggu, 12 April 2009

Kebutuhan bukan Kebanggaan

Kalau kita pernah belajar Need Analysis, kita akan tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu atau memilih sesuatu karena faktor kebutuhan. Hal ini juga berlaku bagi kita yang akan memenuhi kebutuhan kita dan anak-anak kita akan pendidikan. Sampean dan saya setelah SMA atau SPG melanjutkan ke IKIP karena kita terdorong oleh kebutuhan kita untuk menjadi guru. Saya yakin banyak diantara sampean andaikata tes UMPTN ke ITS atau ITB pun waktu itu insyaaalloh (pakai syen) diterima. Kalau ada teman-teman kita yang menyekolahkan anak-anaknya di lembaga kita berarti mereka memiliki kebutuhan yang diyakininya dapat dipenuhi oleh lembaga kita ini. Semakin banyak siswa kita berarti semakin yakin orangtua bahwa kebutuhan pendidikan anaknya akan terpenuhi di lembaga ini and vice versa.

Begitu juga orang-orang yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang berbasis agama tertentu, kita harus memandangnya bahwa mereka memiliki needs yang tinggi terhadap nilai-nilai agama atau mereka memiliki cita-cita yang mereka yakini dapat terwujud bila bersekolah di sekolah yang berbasis agama. Saya sendiri insyaaalloh akan menyekolahkan anak saya di TK dan SD YPK. Saya sendiri ingin memberikan ilmu yang saya punya buat anak saya sehingga dia harus tetap bersama saya sampai lulus SD. Lalu mengapa hanya sampai SD karena saya akan mengarahkan anak saya untuk bercita-cita menjadi pendidik ilmu agama bukan dokter atau teknokrat. Sejak saat ini anak saya sudah saya " kudang " bahwa mudah-mudahan suatu saat dia bisa kuliah di Tripoli University- Libia atau Damascus University Syiria. Meski cita-citanya masuk kuliah di Libia, Libanon, Syiria, Maroko, Mesir atau Iran saya akan tetap menyekolahkan anak saya di lembaga ini bila lembaga kita ini bisa memenuhi kebutuhan untuk itu. Siap kah lembaga kita? Bila tidak, tentu saya akan mencari sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut semisal Nurul Jadid Paiton, Arrisalah Lirboyo, Gontor Ponorogo, Darrul Ulum atau Mambaul Ulum Jombang, dan Asysyafiiyah atau Darrunnajah Jakarta. ( Jare wong-wong NU lek sekolah utowo golek ilmu iku tujuane mung ngalap barokah ora keno digawe gagah-gagahan utowo bangga-banggaan).

Jadi, mari kita lihat setiap pilihan orang sebagai upaya mereka untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka lah yang mengetahui kebutuhan mereka dan mereka pula yang tahu bagaimana agar kebutuhan tersebut terpenuhi.

Kita sebagai pemiliki suatu lembaga pendidikan sudah semestinya melakukan need analysis tersebut setiap saat agar apa yang akan kita berikan kepada siswa dan orangtua siswa benar-benar sesuatu yang mereka butuhkan. Pertanyaannya: "Siapa yang sudah melakukan need analysis tersebut di lembaga kita ini dan apa hasilnya?". Mari kita tunggu di akhir tahun pelajaran 2008/2009 ini.

Wallohu A'lam

Achmad Riwayadi