Dalam manual Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kita mengenal istilah
emergency response(tanggap darurat) yaitu suatu tindakan alternatif yang dapat dan harus dilakukan ketika terjadi suatu insiden atau kecelakaan kerja yang berprinsip pada tindakan yang cepat dan tepat. Emergency response ini dilatihkan dan harus diketahui oleh seluruh personil yang berada di tempat kerja mulai dari unsur pelaksana sampai manager. Misalnya: bila terjadi kebocoran gas di suatu pabrik petrokimia, sudah ada langkah- langkah jelas yang harus diambil dengan cepat mulai dari penanganan kebocoran itu sendiri sampai evakuasi korban dan evakuasi orang-orang yang berada di area bahaya, dsb - dsb.
Merespon kondisi yayasan kita yang saat ini sedang dalam keadaan yang memerlukan tanggap darurat, ada beberapa prinsip yang perlu kita ketahui dan kita pahami bersama bahwa:
- Yayasan kita sedang dalam posisi yang serba sulit dimana SPP naik drastis secara signifikan sedangkan lingkungan sekitar menurunkan SPP secara drastis dan signifikan bahkan membebaskannya.
- Ibaratnya kita telah menentukan harga produk yang tinggi tetapi belum adanya jaminan mutu atau spesifikasi produk yang kita jual.
Bagaimanapun Yayasan kita harus tetap ada dan Insyaa Alloh (
pakai syain) akan tetap ada jika dan hanya jika:
- Ada murid
- Ada guru
- Ada pihak yang peduli untuk mendanainya.
Murid akan tetap ada jika orang tua murid yang membayar SPP masih yakin bahwa Yayasan kita dapat memenuhi kebutuhan mereka akan pendidikan anak-anaknya. Kita akan dapat memenuhi kebutuhan mereka jika:
- Kita memiliki program sekolah yang terukur dan terencana
- Kita memiliki guru-guru yang tetap komitmen dengan keguruannya
- Kita memiliki guru-guru yang mau terus memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan akademiknya.
- Kita memiliki pemimpin yang visioner dan mengerti tentang hakekat pendidikan.
Dan yang dibutuhkan Yayasan kita dari kita selain komitmen kita adalah pemikiran kita, ide-ide kita untuk memperbaiki dan melestarikan Yayasan ini bukan ide-ide mengenai pembubaran Yayasan. Dan yang lebih penting adalah kesiapan kita untuk menjalankan ide-ide yang konstruktif tersebut. Yayasan kita akan lestari bukan karena ide-ide PHK. Yayasan kita akan lestari juga bukan karena kecemasan dan keragu-raguan kita. Yayasan kita akan tetap ada bukan karena emosi dan
"kemrungsung" kita melainkan karena keyakinan dan komitmen kita bersama. Memang ada beberapa orang yang mungkin menginginkan adanya PHK karena mereka membayangkan jumlah pesangon yang besar. Namun demikian, saya yakin masih jauh lebih banyak yang tidak menginginkan adanya PHK baik PHK secara individu maupun masal. Orang-orang itu adalah Sampean dan Saya: Achmad Riwayadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar