Tadinya saya mengira formatnya adalah mengumpulkan seluruh Majelis Pimpinan Sekolah untuk membuat rencana strategis YPK menghadapi keadaan yang semakin sulit ini yang dibimbing langsung oleh Pak Masruri. Saya membayangkan seluruh Majelis Pimpinan Sekolah berkumpul bersama, berdiskusi, dan berfikir bersama menyiapkan strategi-strategi untuk:
- Meyakinkan orang tua bahwa dengan bersekolah di YPK anaknya akan menjadi pinter, trampil, dan taat beribadah.
- Meyakinkan masyarakat agar semakin banyak anak non PKT yang sekolah di YPK meskipun dengan membayar mahal.
- Menyatukan semua guru dan karyawan dengan sebuah visi dan misi baru menuju YPK Mandiri.
- Meningkatkan dedikasi dan kompetensi semua guru dan karyawan agar masyarakat semakin yakin bahwa YPK benar-benar terbaik.
- Mencari alternatif solusi jika banyak orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya di YPK.
- Mencari solusi andaikata sampai terjadi PHK karena kelebihan jumlah guru.
- Meyakinkan teman-teman yang sudah mulai resah karena ketidakpastian ini.
- DSB, DSB, DLL, DLL
Saya sangat sedih, karena bayangan saya tadi hanyalah ilusi saya semata. Ternyata bentuk pelatihannya sama dengan pelatihan yang sudah-sudah seperti yang pernah diberikan oleh PPM Jakarta atau Alkon Surabaya. Saya tidak mengatakan pelatihan tersebut tidak penting. Saya mengatakan PENTING. Saya membaca materi diktat yang diberikan juga sangat mirip dengan yang dari PPM. Isinya adalah teori-teori manajemen dan komunikasi efektif serta teori-teori kepemimpinan beserta game-gamenya. Saya bisa mengatakan teman saya Sugianto (ETC) dan Agus Ikhwan M (SMA) bukan hanya menguasai materi seperti itu tetapi sudah menerapkannya selama ini.
Ibarat tim sepakbola kita semua (guru YPK) sudah berada di ruang ganti siap memasuki lapangan yang hanya tinggal beberapa menit lagi pertandingan dimulai. Waktunya kita mendengarkan strategi yang akan dimainkan pelatih dan manajer tim. Kalau lawan kita menggunakan pola 4-3-3 dengan memasang 3 striker, kita harus siap dengan pola 4-4-2 atau 4-5-1-1 karena kita bermain di kandang lawan. Jelas bukan waktunya lagi untuk latihan dul - dul-an, sepak-sepak-an, atau latihan lempar bola.
Katanya pelatihan ini akan ditambah satu hari untuk menyusun anggaran. Saya hanya bisa berharap pelatihan tersebut benar-benar menghasilkan sebuah "amal" yang berdampak positif kepada guru-guru seperti kita dan tidak hanya menghasilkan "ilmu" sekejab lalu hilang tak berbekas. Bagaimana kalau setelah pelatihan tersebut kita minta dengan segala hormat pimpinan kita (Kepala Sekolah) di masing-masing unit untuk mempresentasikan hasil pelatihan tersebut agar kita mendapat cipratan "barakahnya"? SETUJU?
Tolong dikomentari usulan saya.
Terimakasih.
Achmad Riwayadi
7 komentar:
Saya sepakat dengan yang ditulis oleh pak Ahmad. Kita itu lebih baik menurut saya dibanding instansi diluar. Kalau memang yang kita lakukan seperti itu saja, ibaratnya Sapi nyusu Gudel.
Saat yang meresahkan seperti ini, kita itu perlu berpikir menantisipasinya dengan membuat resep-resep tertentu yang kebetulan sang koki dari negeri lain menerapkan resep itu dan "It works".
Kita minta bantuan dari sang koki tadi, bagaimana membuat resep yang pas dengan kondisi saat ini di bawah arahan sang koki dari negeri sebrang. Ayolah para penggede kita solidkan segala lini demi kemajuan YPK dan kenyamanan kerja. Kalau kita belajar teori-teori kapan kita prakteknya. kini bukan saatnya kita bermain dikandang sendiri dengan sparing partner teman sendiri, tapi kini saatnya menghadapi lawan yang sebenarnya, bukan "artificial sparing partner as you see on screen".
thx, maskut
Pak, kalimat anda sungguh menyentuh.
Saya pribadipun jauh di lubuk hati tidak ingin ikut carut marut resah. Dalam hati kecil saya pribadi merasa masih ada lilin kecil yang masih bersinar.
Kita harus selalu berpikir positif.
Nuh membuat perahu dengan pikiran positif.
Ayyub mengobati luka dengan pikiran positif.
Pikiran positif adalah sebuah energi yang penting.
salut tuk tulisan Cak Mad, sayang sekali kita tidak diajak duduk bareng ngrembuk gimana menyikapi YPK masa depan yang penuh dengan kegamangan pada para pemain lini depannya. Sekolah tanpa guru yang terpenuhi hasratnya bagaimana? kacau BUng!. marilah kita dobrak kegamangan ini dengan kepastian yang hampir pasti, emang matematika kale !
Melihat nasib sekolah..yang pernah menjadi tempat menuntut ilmu bagi saya dan teman-teman sejak kecil.. sedih memang melihatnya. Kami merasa memiliki YPK dan kami cinta YPK sebagai alumninya. Insyallah betul kata "puisi angin" akan ada masa-nya perubahan baik itu terjadi bagi YPK tercinta.
pemimpin kita dalam kebingungan pak, udah mulai gak tahu lagi lor, kidung, wetan kulon. Jadi ya muter-muter. namanya juga bingung. anak kecil aja kalau bingun bisa menangis tersedu sedu mencari ibu kandungnya yang sudah dicerai berai sama ayah kandungnya ogah-ogahan ngurus keluarganya. wis embuh ! aku juga ikut bingung.
AMPUN-AMPUN MAS, SUDAH SUMPEK AKU MIKIRIN PARA PEMGGEDE KITA. ,MUTER-MUTER KAYAK YOYO, KEKEHAN,NGGAK JELAS MAU DIBAWA KEMANA PROGRAMNYA, MAU DITERAPKAN APENYE DARI PAK MASRURI GAK JELAS. TEORI TOK, APLIKASINE BINGUNG.
Semoga YPK tetap maju dan survive... prihatin juga dengar kabar dari skul saya dulu...
Posting Komentar